Kamis, 07 Januari 2010
BIDADARI
"Yang ada adalah yang kau percaya"
Sebuah basic story
Apa yang bisa diharapkan oleh Prasaji, ketika perempuan yang ia cintai dan telah ia lamar untuk menikah, mendadak ketahuan selingkuh dan pergi bersama laki-laki lain? Tak habis Pras menyalahkan dirinya sendiri karena itu. Kenapa ia bisa buta selama ini. Kenapa Ia tak menduga bahwa cinta Mayang Cuma semu padanya. Padahal ia merasa telah memberikan segalanya. Ia juga menilai sebagai seorang laki-laki, ia bisa dibilang mapan. Pekerjaannya sebagai Managing director sebuah perusahaan properti memberinya kemapanan secara financial dan performance. Ia juga tak pernah macam-macam. Hidupnya bisa dibilang lurus tak banyak keinginan, Tapi kepergian Mayang seperti membuatnya absurd.
Beberapa teman menghibur dengan memperkenalkannya pada banyak perempuan dengan berbagai macam jenis. Tapi entah mengapa, Pras seperti sulit sembuh dari luka hatinya akibat penghianatan Mayang itu. Perlahan ia justru berubah menjadi pemarah dan masa bodo dengan segala yang telah berhasil diperolehnya ; kemarahan telah menyeretnya pada dendam yang dalam. Bukannya tak ingin menemukan pasangan baru, tapi kemarahan Pras pada keadaan lebih banyak menyita hidupnya. Kini Pras berubah menjadi pribadi yang tidak menyenangkan, tidak toleran dan cenderung anti sosial.
Pras bahkan tak perduli, akibat perubahan karakternya itu, karir dan reputasinya dipertaruhkan. Ia telah menghabiskan banyak uang untuk membiayai kegiatan yang sama sekali tidak berguna ; pesta, minum, menginap berhari-hari di hotel mewah atau mendadak pergi liburan meninggalkan pekerjaannya. Pras terlempar dari lingkungan kerjanya, kini ia kehilangan semua karir yang telah dicapainya. Itu tak membuatnya ‘bangun’. Ia justru makin tak perduli, bahkan pada hidupnya sendiri. Kini ia hanyalah seorang pecundang yang tinggal di sebuah kontrakan kecil dan selalu membuat keributan. Tak jarang ia harus menghadapi debt collector atau preman akibat hutang-hutangnya. Pendek kata, Pras yang dulu gemilang kini benar-benar bernasib malang.
Di puncak kehancurannya, Prasaji berniat mengakhiri hidupnya. Ia pergi ke sebuah tempat terpencil ; sebuah taman pinggir kota. Pras berniat gantung diri. Ia memasang tali yang kokoh di sebuah pohon nangka dan siap mengalungkannya ke leher. Mendadak muncul petugas taman yang langsung menuduhnya mau mencuri nangka. Meski pras ngotot, tapi petugas taman juga tetap keukeuh. Pras di bawa ke pos dan malah jadi bulan-bulanan. Babak belur, dan gagal bunuh diri.
Pras mencoba lagi. Kali ini dia membeli racun serangga dan memilih sebuah tempat dekat jembatan untuk menegaknya. Baru saja ia membuka botol, muncul preman sangar yang menyangka Pras mau minum dan mabok. Preman itu merampas botol di tangan Pras, dan berniat meminumnya sendiri. Pras berusaha mencegah dan memberi tahu bahwa itu adalah racun serangga. Tapi preman nggak percaya dan tetap meminumnya. Bruk! Preman jatuh dan mati. Pras shock. Bukan dia yang mati, malah orang lain! Pras gagal lagi bunuh diri!
Mulai rada frustasi, Pras tetap mencoba. Pras sepakat ini adalah usaha terakhirnya. Kalau gagal juga, ia malah bersumpah, mau berbuat sesuatu yang baik, seberat apapun! Ia juga rela mengorbankan nyawanya demi orang lain! Pras membawa jerigen berisi bensin, berniat membakar diri di tengah jalan pinggir kota. Jerigen diletakkan ditengah jalan. Pras menyalakan lilin ( kayak prosesi ), saat hendak menyiramkan bensin, Pras mendadak kebelet kencing. Dia berpikir harus dibuang, biar nggak banyak cairan. Maka ditinggalah lilin dan jerigen bensin, Pras ke pinggir jalan mau buang hajat pipis. Baru saja mau menarik resleting, sebuah mobil mendadak muncul ; menabrak lilin dan jerigen full bensin. Mobil terbakar dan zigzag menabrak pohon di pinggir jalan. Pras kaget! Di dalam mobil itu tampak seorang cewek terjebak ditengah kobaran api! Tanpa pikir panjang pras langsung berusaha menolong. Apalagi ia sudah kepalang tidak takut mati, Pras berusaha menjebol pintu mobil untuk mengeluarkan cewek itu. Pras berhasil mengeluarkan cewek itu dan meletakkannya di tengah jalan. Celana Pras sendiri terbakar. Ketika cewek itu berusaha membantu memadamkannya, Pras marah! Pras malah mau kembali masuk ke mobil. Cewek itu berusaha mencegah. Pras berontak mau balik ke mobil. Cewek itu terus menahan dan menariknya. Pras tetep ngotot. Cewek itu kesel dan panik ; menonjok muka Pras ; Pras pingsan!
Pras membuka mata, mulai sadar. Yang dilihat adalah bangkai mobil yang sudah angus dan api telah padam. Hari sudah gelap. Pras tergeletak diselimuti sebuah jaket. Cewek yang ditolongnya duduk tak jauh dari situ. Belum sempat bicara, cewek itu memberondongnya dengan ucapan terimakasih dan merasa berhutang nyawa. Pras berusaha menjelaskan bahwa kecelakaan itu adalah kesalahan dia, tapi si cewek tak menggubris. Ia tetap menganggap Pras pahlawan. Ia bahkan bersumpah untuk membalas kebaikan Pras dengan rela melakukan apa saja. Pras bingung. Tercenung di jalan pinggir kota, jauh dari mana-mana, cewek itu mengusulkan agar mereka segera pergi.
Pras tak mau kembali ke kontrakannya, karena takut pada preman-preman yang selalu datang menagih hutang. Dengan uang yang dimiliki si cewek, mereka menginap di salah satu hotel kecil. Disitu si cewek memperkenalkan diri. Namanya Bidadari, dan minta dipanggil Bi saja. Memang Pras diam-diam mengakui, kecantikan cewek itu bak bidadari. Tapi darimana ia datang dan siapa sebenarnya,Bi tak menjelaskan. Ia hanya bilang mau berangkat tugas ke luar kota. Pras mencoba menghalau keingintahuannya dan menikmati kebersamaannya bersama Bi.
Beberapa hari Pras dan Bi tinggal di hotel. Hidup Pras ditanggung Bi. Selama itu juga mereka tetap menjaga jarak. Bi sering bercerita tentang pengalaman-pengalaman indah sedang Pras sebaliknya. Tapi Pras mulai merasa nyaman bersama Bi yang lugas, cerdik dan selalu bisa menciptakan keceriaan. Bi bahkan memotifasi Pras agar bangkit. Pras meragukan itu, tapi Bi terus menyemangatinya. Bi mendorong Pras agar kembali bekerja dan mencari sosok cewek pendamping, agar hidupnya kembali ceria. Saat itu sebenarnya Pras pengen bilang bahwa ia sudah menemukan cewek itu ada di diri Bi. Tapi Pras tak memiliki keberanian.
Dorongan Bi berhasil. Pras kembali ke kontrakannya, bahkan ia mau kembali ke kantor lamanya untuk mengajukan diri. Yang cukup mengherankan Pras, para preman dan para penagih hutang, bisa di handle dengan baik oleh Bi. Bahkan ibu pemilik kontrakan jadi simpati pada Bi. Ia tak galak seperti sebelumnya dan malah ikut bersikap baik pada Pras meski ia telah menunggak beberapa bulan. Kantor Pras menerimanya kembali. Kehidupan Pras berangsur normal. Dan sementara itu, Bi masih terus tinggal bersamanya. Kalau ditanya kenapa, Bi hanya bilang bahwa ia menikmati tinggal bersama Pras dan ini bagian dari usahanya membalas budi. Bi yang mengurus rumah dan semua kebutuhan Pras. Dan dalam beberapa kesempatan Pras ingin mengutarakan perasaannya pada Bi, tapi selalu gagal.
Sampai akhirnya hidup Pras benar-benar kembali seperti dulu. Rumah dan fasilitas lain telah kembali ke tangannya, Pras tetap tak berhasil mengutarakan perasaannya pada Bi. Ketika Pras bertanya akankah Bi meninggalkannya suatu saat, Bi hanya menjawab ; belum waktunya. Pras tak tahu alasan Bi tetap bersamanya, tapi ia mulai khawatir suatu ketika Bi akan pergi. Bi menenangkannya, dengan mengatakan bahwa sesuatu yang tidak diinginkan tak perlu dicemaskan atau ditunggu. Bila itu datang, hadapi saja.
Di kantor, ada karyawati yang cantik dan baik bernama Magda yang jatuh hati pada Pras. Pras sendiri masih ragu dan trauma pada hubungannya dengan wanita karir seperti Mayang dulu. Bi tahu itu dan mendorong Pras agar menerima Magda. Bi bahkan mengatur agar Pras bisa nge-date dan Dinner dengan Magda. Dalam hati Pras protes “ sebenarnya gue mau nge-date sama elo, bukan Magda!”, tapi protes itu seolah tak bisa ia ungkapkan. Sejujurnya Magda memang cukup baik dimata Pras. Ia seorang cewek yang tidak macam-macam, setia dan sangat santun ; tipe cewek ideal-lah! Tapi Pras masih gamang untuk memilih. Ia merasa tidak bisa menghilangkan Bi dari hatinya.
Suatu malam, sepulang kantor Pras mendapati Bi berpakaian rapi seperti hendak bepergian. Pras heran dan sedikit cemas. Ia takut kekhawatirannya jadi kenyataan. Bi dengan tenang mengajak Pras berjalan-jalan di taman sambil bicara. Bi bertanya apakah Magda adalah seorang yang baik buat Pras. Pras mengangguk ragu. Bi memberondongnya dengan banyak pertanyaan dan yang paling ujung ia bertanya. “Apakah kau mau menerima Magda dan mencintainya dengan sepenuh hati?” Pras bingung tak mampu menjawab. Saat itu Bi menyampaikan sesuatu yang seperti menjawab kecemasan Pras selama ini. “Sudah saatnya, aku pergi Pras”.”Tugasku sudah hampir selesai...tinggal satu hal lagi”.”Aku harus memastikan hidup kamu berjalan baik seperti dulu, dan hal yang terakhir...kamu harus mendapatkan seseorang yang pantas”. “Bila itu sudah, maka tugasku usai...dan aku harus pergi”. Pras terkesima. Ia memohon agar Bi tak pergi. Ia juga nekat mengakui perasaannya pada Bi. Bi menjawab bahwa itu tak mungkin. Pras mendesak kenapa tidak? Akhirnya Bi membuka rahasia, bahwa ia adalah seorang Malaikat ( bidadari ) yang dikirim untuk menjaga Pras. Ketika Pras putus asa dan mau mengorbankan nyawanya untuk orang lain, saat itu Bi diturunkan untuk membuktikan niat Pras. Dan ternyata Pras telah membuktikannya. Bi menjelaskan bahwa Pras adalah seorang yang baik. Dan ia layak mendapat kesempatan kedua.
Cerita Bi juga diperkuat dengan mengingatkan Pras pada beberapa peristiwa ‘aneh’ yang pernah dilakukan Bi buat menolong Pras. Pras terkesima, memang ada beberapa hal yang ganjil soal Bi, dan ternyata ia mendapatkan jawabannya. Bi menyarankan agar Pras menerima Magda, karena ia yakin Magda adalah orang yang baik dan sesuai untuk Pras. Tapi Pras ngotot mengatakan mencintai Bi. Bi menjelaskan bahwa itu bukan perasaan yang sebenarnya, Pras hanya terbawa perasaan dan sensasi karena sekian lama bersamanya. Bi meyakinkan bahwa Magda-lah orang yang tepat untuk Pras. Pras tak menyerah, ia menahan Bi agar tidak pergi. Rupanya kegigihan Pras, membuat Bi tak mampu menahan perasaan yang sesungguhnya lama tersimpan. Ternyata Bi juga memiliki perasaan yang sama dengan Pras. Bi mulai jatuh hati dan menyayangi Pras. Tapi dunia mereka berbeda. Bi tak boleh jatuh cinta pada manusia yang sedang ditolongnya. Karena itu melanggar aturan yang ditetapkan. Meski Pras berkeras bahwa itu mungkin, tapi dengan pedih Bi tetap menolaknya.
Di ujung kebersamaan itu, Bi menyatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Bi ternyata mampu menghapus semua ingatan Pras tentang dirinya. Pras tidak mau kenangannya dengan Bi dihilangkan dari ingatannya. Tapi dengan pedih Bi terpaksa melakukan itu. “Kamu akan tetap bisa mengenangku, dengan cara yang lain Pras...dan kau akan tahu itu”. Setelah itu dunia seperti berputar ulang. Gambar-gambar berjalan dengan cepat. Dimulai dari Pras yang berdiri di tengah jalan pinggir kota, melempar lilin ke arah jerigen bensin dan terbakar, Pras yang mampu menghadapi para preman seorang diri, Pras membenahi hidupnya sendiri, Pras bertemu dan nge-date dengan Magda, dan semua itu tanpa sosok Bi.
Kilasan itu diakhiri dengan sebuah upacara pernikahan. Pras berdiri disamping Magda di depan altar. Pras tercenung melihat figur malaikat yang tertempel diantara hiasan bunga-bunga. Pras tersenyum, meski tak ingat apapun. Ia hanya merasa hatinya teduh. Magda tersenyum. Pras dan Magda saling berpandangan. Bahagia.
Jatiwarna, Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar