QUOTE OF THE DAY

Berdoalah sedikit saja...maka kau akan mendapatkan banyak.

Kamis, 07 Januari 2010

MAINAN KEEMPAT



Sebuah basic story

Tiga orang bersaudara ; Bima, Rena & Dega yang kini tinggal di sebuah kota besar, sibuk dengan urusan masing-masing dan jarang sekali bertemu atau bahkan bertukar khabar lewat telepon. Bima yang sudah berkeluarga, makin terasa jauh dan lebih mementingkan istri dan anak-anaknya. Rena sedang menjalin hubungan dengan Alex teman kerjanya tapi mengalami krisis dan sering bertengkar. Dega yang baru lulus kuliah dan diterima kerja di sebuah Perusahaan besar, sibuk membangun karir. Pada suatu ketika mendapatkan sepucuk surat dari ayah mereka di kampung. Surat itu meminta agar ketiganya pulang. Sang ayah yang telah cukup tua telah 10 tahun menduda, karena sang ibu telah terlebih dulu meninggal. Ketiga bersaudara itu memutuskan untuk pulang menjenguk ayah mereka, meski mereka tak tahu pasti apa sebenarnya keinginan sang ayah. Rena yang masih ‘bermasalah’ dengan Alex menunda penyelesaian masalahnya meski Alex menuntut kepastian. Alex tadinya malah memaksa untuk ikut, tapi Rena menolak. Bima, Rena dan Dega berangkat pulang ke kampung halaman mereka.

Sesampai dirumah, mereka tak menjumpai siapapun. Rumah itu kosong. Tak satupun dari mereka yang berhasil menemukan sang ayah atau pembantu rumah itu. Hanya pintu kamar sang ayah yang terbuka dan mengundang mereka untuk masuk. Kamar itu hampir tak berubah sejak jaman kanak-kanak. Sebuah dipan kayu berkelambu yang selalu tertata rapi, sebuah rak buku dan meja kerja dengan beberapa foto dalam bingkai yang membawa mereka pada kenangan masa lalu.

Mereka melihat seekor kupu-kupu besar berputar-putar dikamar itu. Sebuah kepercayaan bahwa rumah itu akan kedatangan tamu. Kupu-kupu itu terbang berputar-putar, mengelilingi ruangan, lalu hinggap disalah satu sudut. Ada yang aneh dari sudut itu, karena ternyata ada sebuah pintu bawah tanah yang selama ini tak pernah mereka lihat.

Mereka membuka pintu itu dan masuk ke ruangan bawah tanah. Rupanya tempat itu adalah sebuah ‘basement’ tempat penyimpanan barang-barang tua, masalalu. Bima, Rena & Dega terperangah. Aneka benda dari masa kanak-kanak milik mereka tersusun rapi di ruangan itu. Mulai dari potongan rambut mereka ketika bayi, hingga berbagai mainan, yang rata-rata dibuat sendiri oleh ayah mereka. Kenangan masa kanak-kanak bersama sang ayah seolah hadir kembali. Tiap-tiap benda membawa mereka pada masa ketika sang ayah dengan penuh rasa sayang membuatkan dan memainkannya bersama mereka. Namun ada keanehan yang selama ini tak pernah mereka pikirkan. Sang ayah selalu membuat segala sesuatu berjumlah empat buah. Padahal mereka hanya bertiga.

Mereka bertiga mengerti satu hal, bahwa sang ayah memang memiliki kemampuan supranatural. Ketika kanak-kanak, sang ayah sering mendemonstrasikan sesuatu seperti menerbangkan bola-bola karet, untuk menghibur mereka. Namun misteri barang keempat itu memang tidak pernah mereka persoalkan.

Bima, Rena & Dega terus menyusuri ruang bawah tanah yang ternyata cukup luas itu. Kenangan-demi kenangan makin membuat kenyataan masa kanak-kanak mereka cukup jelas. Kini mereka seolah telah kembali ke masa lalu. Mereka kembali mengalami peristiwa-peristiwa dimasa kanak-kanak dan seolah-olah peristiwa itu hadir dengan beberapa perubahan kejadian. Kini selalu ada anak laki-laki keempat yang ikut bermain bersama mereka. Tiap kali anak laki-laki itu muncul, sang ayah selalu kebetulan tak ada didekat mereka. Anak laki-laki itu kemudian mereka ketahui bernama Seta. Dalam sebuah percakapan kecil, Seta sempat bercerita tentang ibu dan tiga saudaranya yang hilang dan tak pernah ia temui lagi. Seta sangat merindukan mereka. Ia berusaha menemukan kehangatan melalui ketiga bersaudara itu. Bima, Rena & Dega dengan hangat menerima Seta dan bermain bersama mereka. Namun tiap kali sang ayah hadir, Seta hilang entah kemana.

Pada suatu ketika, Seta melakukan sesuatu yang selama ini sangat dikenali dengan tiga bersaudara itu ; seta menerbangkan bola-bola karet seperti ayah mereka. Ketika ditanya darimana Seta mendapatkan kemampuan itu, ia hanya menjawab “ kalian juga bisa...” Kalian memiliki kemampuan itu...” Aku akan mengajarkan pada kalian...” Ketiga bersaudara ini, meski sesungguhnya penasaran atas siapa sebenarnya Seta, namun mereka mengabaikan itu dan terus bermain bersamanya. Bagaikan memasuki wonderland, petualangan keempat anak-anak ini makin jauh dan seru. Mereka harus melewati berbagai peristiwa yang kadang membutuhkan kebersamaan untuk memecahkannya. Dan dalam beberapa hal, Seta seolah memberikan penyadaran atas pentingnya kerukunan itu, karena itulah satu hal yang tidak pernah ia dapatkan.

Diujung pengembaraan itu, sesuatu menyadarkan mereka kembali. Sebelum menghilang entah kemana, Seta sempat meninggalkan sebuah pesan “Tiada kehangatan melebihi persaudaraan”. Bima, Rena & Dega mendapatkan diri mereka masih di ruang bawah tanah yang penug dengan barang-barang tua. Mereka lalu naik kembali ke atas. Beberapa orang tampak menyambut mereka ; Bibi, Paman, kerabat dan keluarga serta beberapa orang sekitar tempat tinggal, tampak sedang berkumpul di ruang tengah. Mereka menatap ketiganya dengan heran. “ Dari mana kalian ?” “Apa yang kalian kerjakan di gudang ?” beberapa pertanyaan silih berganti mereka sampaikan. Belum lagi salah satu dari ketiga bersaudara itu sempat menjawab, seseorang yang lain menyampaikan sesuatu yang cukup mengejutkan. “Maaf, kami telah memakamkan bapak, tanpa menunggu kalian. Karena sudah dua hari, dan sebelum meninggal beliau hanya berpesan kalau ia akan bersama kalian “. Bima, Rena dan Dega saling berpandangan heran. Pada akhirnya mereka mendapatkan jawaban, bahwa Seta ; anak laki-laki keempat itu adalah nama kecil ayah mereka.

Pondok Jatimurni 21 Agustus 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar