QUOTE OF THE DAY

Berdoalah sedikit saja...maka kau akan mendapatkan banyak.

Kamis, 07 Januari 2010

Meja No 9 bagian 2

Lanjutan posting bulan desember 2009.

Didorong keinginan gila yang datang entah darimana, pagi itu aku berencana
Mencari rumah perempuan yang kini dapat predikat penggoda
Dari tiap lorong dan jalanan kota, kutemui siapapun yang bisa kutanya
Sebagian acuh, sebagian lagi menatapku curiga, ketika kutanyakan dimana rumahnya
Tak pernah aku seyakin itu sebelumnya, begitu ingin menemui seseorang yang bahkan tak kutahu namanya
Aku ingin mengingatkan, sebelum datang keadaan yang mengancam jiwanya
Karena bermain dengan perasaan kadang menjadi sesuatu yang berbahaya
Meski sejujurnya, mungkin aku mulai terlibat jauh ke dalam sebuah dilema
Kenapa aku begitu menginginkan dia tak dicederai dan tetap sempurna?
Takut ku akui bahwa ini semua seperti penyakit yang sering disebut jatuh cinta

Setelah berjalan menyusur lorong dan tritisan rumah tembok yang bersusun di atas tebing sungai berbatu
Sebuah rumah kecil berhalaman asri, tertata aneka bunga dan tanaman perdu
Menunjuk pada alamat dalam kertas kecil di saku bajuku, rumah perempuan itu
Pagar tembok dengan tonjolan batu-batu alam dipadu daun pintu merah dadu
Perlahan ku dorong pintu kecil itu, kulangkahkan kakiku maju ke arah pintu
Seekor kucing berwarna abu-abu menyambutku, seolah sudah lama menunggu
Harus kuakui suasana dirumah itu belum-belum terasa menyenangkan buatku
Lalu kuketuk pintu sambil menunggu dengan siapa aku akan bertemu
Samar kudengar suara sahutan lembut menyuruhku menunggu sebentar disitu
Aku mengangguk ; entah pada siapa, mungkin pada kucing ramah yang menatapku lucu

Sesaat aku termangu menunggu sambil sesekali menyapa kucing putih yang bermain dengan ujung celanaku, disentuh dan ditarik-tarik
Aku mulai gelisah seakan lama sekali waktu berjalan aku menghitung detik demi detik
Lalu ketika pintu kemudian terbuka, aku menoleh kaget seperti mau memekik
Seorang perempuan berpakaian rumah yang lembut kainnya seperti memancarkan cahaya ; wajahnya cantik
Kecantikan itu bahkan menutup sikap herannya atas kedatanganku, ia mengayunkan tangan mempersilahkan masuk ; jarinya lentik.
Ragu dan gugup aku mengangguk, lalu menyusulnya ke dalam, ke sebuah ruang tamu kecil penuh barang antik.
Sebelum duduk ku sapu seluruh ruangan dengan mataku, seperti bocah kecil masuk ruang bermain baru ; menyelidik.
Sesaat kami berdua duduk berhadapan tanpa satu katapun, dia tidak menatapku, hanya melirik.

bersambung...

bagian 1 bisa anda baca di posting bulan desember 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar