QUOTE OF THE DAY

Berdoalah sedikit saja...maka kau akan mendapatkan banyak.

Kamis, 24 Desember 2009

DISORGANISASI KONSEP KARTINI

Membaca riwayatmu, sebagian orang bilang kurang seru
kurang mendayu-dayu seperti sinetron yang banyak di tunggu
Karena tragedi dalam kenyataannya cuma berupa cerita yang cepat lalu
Tapi coba kita telaah, jangan sekedar di lihat kilat, mari buka satu demi satu

Perempuan belia mencoba melawan dunia yang mengurungnya
berani menyampaikan kata-kata yang jadi gelisah yang tertahan di dadanya
Kenapa laki-laki dan perempuan tak bisa sama, tak bisa setara?
Sedang dalam hidup tak satupun bisa mengelak dari kematian yang nyata

Habis gelap terbitlah terang, rangkaian kata-kata dan sebuah perenungan panjang
Dunia lalu tepekur, hikmad menyimak teriakan manis gadis belia asal Rembang
Yang bicara bukan dengan kekuatan melainkan ketabahan dan kelembutan yang tenang
menerima nasibnya, namun menggugat takdir sesamanya agar gelap itu berubah terang

Cerita Kartini telah lama dikenang, surat dan gerakan hatinya kini bagai prasasti
Semangatnya bergerak diusung jaman dan di jadikan pedoman para wanita masakini
Seolah menegaskan sebuah undang-undang yang menyatakan bahwa mereka punya dunia sendiri
Pria tak lagi satu-satunya yang berkuasa, tak kan lagi bisa memperdaya, karena wanita tak rapuh lagi

Namun apakah itu berarti takdir juga harus di akali?
Tanpa laki-laki para wanita bisa berdiri sendiri?
Woman on Top bukan hanya sekedar persoalan posisi
Tapi juga mengandung substansi bahwa laki-laki lebih pantas dikebiri?!

Kini banyak perempuan menggugat dan berhadapan di pengadilan
talak cerai bisa dipesan dan tak menunggu dijatuhkan
Saat Roro Mendut bermetamorfosa menjadi Wonder Woman
Suami bukan lagi panutan, posisinya ada sebagai simbol kepantasan

Wanita sekarang ini telah memiliki freewill dan memburu apa yang mereka mau
Masuk kamar bersama lelaki meski baru 6 jam bertemu tidak lagi tabu
Istri yang bosan bisa ajukan gugatan, suami dan anak-anak bukan lagi nomor satu
kebebasan telah menggerakkan mereka menuju sebuah kemerdekaan semu

Kartini, apa katamu melihat semua itu
Dulu kau hanya ingin mencerdaskan kaummu memberi mereka ilmu
Namun kini kecerdasan itu tumbuh liar bagai benalu
Melilit, menciderai harkat dan kemuliaan bagi mereka yang seharusnya menjadi ibu

Cita-citamu bukan mengajak perempuan mendustai lelakinya
Tapi kini jamak terjadi di setiap belahan dunia
Kalau melayani dan mengabdi tak lagi membuat mereka bangga
Maka yang dipilih adalah lepas dan melakukan apapun yang bisa memberi bahagia

Kartini, apa katamu melihat kenyataan yang terjadi kini
Kematianmu untuk hidup dan masa depan Susalit putramu ditafsir tragedi
menjadi racun yang mengalir dan menjadi inspirasi
Bagaimana keliaran mengambil alih peran setiap perempuan sebagai istri

Kartini mencoret kembali kata-kata yang pernah menjadi prasrsti
Habis gelap terbitlah terang itu, lalu gelap kembali
Mungkin kita perlu menunggu lahirnya seorang Kartini lagi
Untuk membalik nilai yang telah berkarat menjadi murni...

Seperti dulu...
Seperti dirimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar