Adalah seorang pemuda berbadan tegap, cakap bernama Samingun.
Suatu ketika ia pulang dengan resah, ada sesuatu yang membebani hatinya.
Menunggu bapaknya pulang dengan sepenggal pertanyaan yang seolah mencekiknya.
Segera ia lontarkan ketika sang bapak pulang.
"Pak, kenapa nama saya Samingun? Anak-anak lain namanya keren, mentereng!" Samingun mencecar protes, seolah ada satu kesalahan yang selama ini telah sang Bapak lakukan.
Sang Bapak yang tampak sederhana dan bijak itu, hanya tersenyum. Samingun melanjutkan protesnya "Yang lain aja namanya Jhonny, Alex, Bennard, Jody, masak saya Samingun?! Saya malu pak! Saya malu sama nama yang katro itu!" Makin keras Samingun mencecar.
Akhirnya, setelah memandang dengan kasih sesaat lamanya, sang bapak mulai angkat bicara "Kamu Malu diberi nama Samingun? Nama itu bapak pilih dan berikan bukan sekedarnya. Nama itu adalah wujud dari mantra dan doa bapak dan simbokmu. Bapak dan simbok cuma bisa memilih nama sederhana itu, dengan sebuah pengharapan yang besar...supaya kamu benar-benar bisa menjadi seorang Samingun." Nama tak ada nilainya, le. Cuma kamu yang bisa memberinya harga. Bisakah kamu menjadi seorang Samingun yang berharga? Samingun yang berani bilang tidak, ketika yang lain mengiyakan untuk cari selamat, Samingun yang punya harga diri, Samingun yang tidak bisa dibeli, Samingun yang berani bicara dan bertindak atas dasar hati nurani, Samingun yang tidak hanya bisa bergantung dari orang lain?
Nama Jhonny, Alex, Bennard, Jody mungkin keren...tapi apakah mereka bisa memberi harga dan nilai pada nama mereka itu? Karena nama hanyalah sebuah panggilan, sedang harga sebuah nama itulah maknanya.
Suatu ketika kalau setiap orang mengenal Samingun sebagai orang yang bermartabat, terhormat dan kokoh memegang prinsipnya...Jangankan Jhonny, Alex, Bennard atau Jody...seluruh dunia akan mengangkat topi, menyampaikan hormat dengan taklim".
Bapak bukan pujangga, bukan penyair...bapak cuma bisa memberimu nama Samingun. Nilai dan Harganya kembali ke dirimu sendiri".
Mendengar itu, Samingun termangu. Kata-kata bapaknya seperti telah membuka hatinya.
Esoknya, ia bangun dan siap berangkat menghadapi dunia. Tapi kali ini, ia akan lantang memperkenalkan dirinya..."Namaku Samingun!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar