Bagian Pertama.
Sebuah tempat minum, di sudut kota, pada sore menjelang malam. Seorang Bartender yang sekaligus waiter, masuk dan langsung membereskan tempat kerjanya; mengelap beberapa gelas dan menyusun botol-botol pada tempatnya. Di salah satu sudut ruangan itu, tampak seperangkat alat band yang tidak terlalu bagus ; standart. Beberapa bingkai gambar tampak tergantung didinding, salah satunya adalah tiruan lukisan Monalisa. Interior kafe ini hampir tidak bisa digolongkan pada gaya arsitektur tertentu, karena setiap barang yang ada barangkali dihadirkan begitu saja oleh pemiliknya.
Muncul beberapa pemain musik, langsung menuju ketempat biasanya. Mengambil instrumen masing-masing, mempersiapkannya. Suara –suara dari alat itu tumpang tindih sesaat. Lalu kembali tenang. Para musisi itu duduk pada tempatnya masing-masing, tanpa kata-kata mereka memainkan musik pertama, memulai pekerjaan seperti hari-hari sebelumnya.
MUSIK
Seorang laki-laki berjas, berkaca mata dan bertopi pet hitam, membawa tas kulit dan sebuah payung masuk, dan memilih tempat duduk. Ia mencoba beradaptasi dengan ruangan dan mencoba membuat dirinya nyaman. Ini adalah kali pertama ia datang ketempat itu. Setelah ia merasa lebih baik, dibukanya tas kulit itu, mengeluarkan pot berisi tanaman kecil, dan menaruhnya diatas meja. Melihat dan tersenyum sebentar pada para pemusik yang dibalas dengan anggukan mereka.
Waiter datang dan memberikan menu. Ia mulai mencatat pesanan sang tamu itu.
Apa ya….? Di luar udaranya panas betul… Sesuatu yang segar mungkin lebih baik… tapi ini sudah sore….Tidak cocok minum minuman dingin pada sore hari. Saya pesan…capucino, yah capucino lebih baik…ketimbang kopi kental…capucino…
Waiter menunggu pesan lainnya.
Yak Capucino.
Waiter menunggu pesanan lainnya.
Dan segelas air putih.
Melihat tanaman dalam pot.
Dua gelas air putih.
Waiter mencatat. Lalu pergi.
Laki-laki itu mengeluarkan satu cup mie instan seduh lalu mulai membuka tutupnya, meramu bumbu dan menunggu. Waiter datang mengantarkan pesanan. Menaruhnya diatas meja.
Minta air panas…
Waiter menggeleng.
Kenapa ? Tidak boleh minta air panas ? Untuk menyeduh mie saya ?
Waiter menunjuk cup mie itu dengan kepalanya, lalu menggeleng.
Tidak boleh membawa makanan sendiri ? Tapi tidak ada larangannya kan ? Saya tidak melihat ada tulisan : “ Dilarang membawa makanan dari luar tempat ini “.
Waiter pergi ke lukisan monalisa. Membalik lukisan itu. Tampak sebuah peraturan tertulis dengan huruf besar disana. DILARANG MEMBAWA MAKANAN/MINUMAN DARI LUAR KAFE INI ! Waiter melihat pada laki-laki itu, yang segera memasukkan kembali cup mie instannya kedalam tas. Waiter lalu kembali ke balik mejanya.
Ah…peraturan selalu muncul saja tiba-tiba…masak tidak boleh membawa makanan sendiri…ini pemerasan namanya…kita kan berhak tidak membeli makanan dari tempat ini…bisa saja karena tidak cocok dengan selera kita…atau bisa juga makanannya ….tidak enak. Itulah mengapa para ahli menciptakan makanan cepat saji dan mudah dibawa kemana sana ; mie instan ini ! Konon para astronotlah yang pertama kali mengkonsumsinya...ah ini luar biasa, bagaimana mereka bisa memikirkan hal sepele macam ini...mie instan aneka rasa...aah luar biasa...para pemikir itu...aah bisa saja mereka...rasa kari ayam...rasa baso sapi...barbeque...pizza...soto... aah...membangkitkan selera...tapi...Hhhhh !
Waiter melihat dari kejauhan.
Tidak apa. Makan malam dirumah saja. Setidaknya capucino ini kelihatan enak. Wah, gulanya Cuma satu bungkus…kurang manis…Boleh minta sekantung lagi gula putih ?
Waiter datang dan memberi sekantung gula.
Terima kasih. Nah…sekarang baru pas…pas gulanya…
Minum dari cangkirnya. Lalu menuangkan air putih ke dalam pot kecil berisi tanaman. Waiter memperhatikan dari jauh.
Cukup…kamu tidak boleh minum terlalu banyak. Kita harus santai…melewatkan sore ini dengan santai…lihat, ada musik disana…kita bisa menenangkan pikiran sebentar…lagi pula kalau pulang jam-jam begini…jalannya macet luar biasa…Sayang tidak boleh membawa makanan…peraturan muncul begitu saja…tadi tidak ada…lalu tiba-tiba ada…kayak peraturan pemerintahan saja…Kita berdua sama-sama melihat di TV, beberapa politikus berbincang soal undang-undang…
Menirukan suara dan gaya salah seorang politikus di TV
…Tidak bisa! Yang benar adalah…undang-undang yang baru berlaku menggantikan yang lama, apabila undang-undang itu mengatur bidang yang sama…tidak bisa seenaknya…ada aturannya itu ! Tidak bisa undang-undang diganti dengan ketetapan parlemen… itu lain !
Tapi dalam penjelasan undang-undang dasar kan diterangkan bahwa….
Tidak bisa ! Penjelasan kan bukan peraturan…Yang namanya Undang-undang dasar itu ya batang tubuh…bagaimana sih…jangan ngaco begitu…baca dong kan ada pasal-pasalnya…
Ooh..orang-orang seperti mereka itu, dan orang-orang seperti kita ini….bagaimana masing-masing menikmati hidupnya ?
BLUES PARA POLITISI
Bagaimana caranya agar negri ini lebih baik
Bagaimana caranya ?
Pertanyaan sperti itu bukanlah milik mereka.
Lalu apa ?
Lalu…
Bagaimana tempatku aman terjaga
Bagaimana caranya ?
Bagaimana sekeluarga aku hidup bahagia
Bagaimana caranya ?
Bagaimana kunikmati hidup selagi bisa
Bagaimana caranya ?
Lalu…
Lebih baik hindari saja persoalan yang ada
Mungkin yang lain bisa mengurusnya
Yang lain mengurusnya…biar yang lain saja
Tapi kalau Cuma bicara di TV, aku bisa
Lumayan tambah tenar dan tentu saja…wibawa !
MUSIK
Susah juga, setiap orang berhak memilih sikap mau bagaimana, mau jadi apa…Jadi ya bukan salah mereka…tapi bukan juga salah kita…Kita Cuma menjalani hidup kita sendiri…terus menerus setiap hari…lalu tiba-tiba…bumbu masak yang telah kita gunakan setiap kali kita memasak tidak boleh lagi beredar…karena haram…lalu kita kuatir karena sewaktu-waktu listrik bisa dipadamkan akibat persoalan-persoalan yang kita tidak tahu…tapi bukan salah mereka…
Bukan juga salah kita…
Kita membayar pajak. Capucino ini contohnya. Berapa pajak yang dipungut untuk minum secangkir capucino, kita bisa lihat pada billnya nanti…kita menonton bioskop…naik kereta api…belanja disupermarket…kita selalu membayar pajak!
Kita tetap membayar pajak meski gaji yang kita terima tidak terlalu baik. Mestinya yang paling adil adalah, siapa yang bekerja lebih keras, harus mendapat bagian yang lebih besar…misalnya petani…mereka yang setiap hari bekerja…agar kita semua bisa makan nasi…tapi penghasilan mereka berapa ? Kecil sekali…
Masuk seorang pengantar barang. Membawa beberapa krat minuman dan sebongkah es batu. Ia mendorongnya pada troli. Menuju ke meja bartender.
Salah satu contoh pekerja keras. Tanpa dia, bagaimana orang-orang bisa minum es campur, atau juice buah segar…dia yang mengantarkan balok es itu. Kalau tidak ada dia…tidak dingin minuman kita…
Botol-botol limun itu…setiap hari dia mengantarkannya ke tempat-tempat minum seperti ini. Tapi apa dia perduli apakah botol-botol limun itu telah kadaluarsa atau tidak ? Harusnya anda teliti botol-botol itu sebelum menurunkannya dari truk…siapa tahu ada yang sudah kadaluarsa…bisa bikin sakit perut atau keracunan ! Maksud saya…kita harus lebih teliti…
Tapi siapa yang bisa memberi jaminan, bahwa makanan atau minuman yang kita beli dari toko-toko itu sehat, tidak beracun…layak dimakan dan diminum ? Yayasan perlindungan konsumen ? Pemilik toko, atau pabrik pembuatannya ? Yang terakhir sepertinya tidak ; mereka Cuma berharap barang buatan mereka laku…kita juga tidak perlu perduli…selagi mulut kita bisa mengunyah sesuatu…dan itu terjangkau oleh kantung kita…bergizi tidak bergizi semestinya kita telan saja.
Misalnya Coca Cola. Perlukah kita minum Coca Cola ? Teguk lagi dan semangat lagi…iklannya bilang begitu…teguk lagi…semangat lagi…keluarkan uang mu lagi…beli sebotol lagi…teguk lagi semangat lagi…begitu seterusnya. Hidup kita dipengaruhi iklan-iklan itu ! Dia sendiri…maksud saya si pengantar es balok itu…ia mengantar berkrat-krat minuman ringan dan barangkali belum pernah meminumnya. Segelas besar teh hangat yang disiapkan istrinya, saya rasa adalah yang paling cocok ia minum setiap hari.
Nikmat betul sesuatu yang sederhana itu…sesuatu yang biasa-biasa saja itu…Teh manis, atau teh pahit yang dibuatkan untuk kita….capucino…musik…musik yang dimainkan untuk kita…Tapi benarkah musik itu dimainkan untuk saya…untuk pengunjung tempat ini ? Atau mereka memainkannya untuk diri mereka sendiri ? Untuk bayaran yang setiap akhir minggu mereka terima ? Saya tidak pernah bisa menyembunyikan keingintahuan saya…saya bisa tersiksa dan sulit tidur bila saya terus memikirkan pertanyaan yang tak saya dapatkan jawabannya.
Menghampiri band.
Pasti sudah lama main ditempat ini. Saya bisa lihat dari cara anda bermain musik, fasih dan mengalir saja. Tak perlu omong-omong dulu, lagu apa yang mau dimainkan, langsung saja jreng semua jadi. Sudah nggak usah latihan lagi dong ya ! Saya selalu kagum sama pemain musik, biasanya mereka tidak banyak bicara…tapi begitu memainkan alatnya, wah apa saja yang ada dalam kepalanya keluar…uneg-unegnya…keluar semua. Waktu muda sekolah musik dimana ? Anda akan menjawab, tidak…anda tidak pernah sekolah musik secara khusus…karena anda tidak pernah membayangkan suatu hari anda akan menjadi pemain musik seperti sekarang ini ! Pekerjaan yang sebenarnya anda idamkan mungkin saja…pelukis…penata dekor film…sutradara tapi saya seratus persen yakin, menjadi karyawan bank atau pegawai negri bukanlah sesuatu yang anda inginkan…apalagi urusan bank sekarang ruwet…gaji pegawai negri juga makin seret, maksud saya bukannya anda keberatan soal duwitnya…tapi jadi pegawai itu terbatas…tidak bisa bebas…berangkat pagi, pulang sore, puluhan tahun bekerja, tetep saja kere !
BLUES PARA PEGAWAI
Mandi pagi berangkat kerja sudah biasa
Sampai dikantor tetap terlambat saja
Setumpuk order sudah menunggu di atas meja
Tak ada yang istimewa, harus selesai semua !
Tanggal muda begitu lama datangnya
Semakin ditunggu semakin lambat rasanya
Begitu tiba, gaji yang diterima tak seberapa
Maklum potongan bukan main banyaknya !
Bukan cari simpati itulah kenyataannya
Nasib pegawai kayak pertunjukkan drama
Banyak adegan yang bisa menguras air mata
Tapi sudahlah….sudah biasa !
Ah…sudahlah. Yang jelas anda bukan pegawai…anda pemain musik. Saya selalu kagum pada pemain musik. Saya pegawai.
Apa suka dukanya jadi pemain musik di tempat seperti ini ? Melayani permintaan pengunjung yang macam-macam ya. Anda bisa memainkan musik apa saja ? Coba mainkan musik Blues…blues itu musiknya kaum kulit hitam di Amerika, iramanya berisi pemberontakan, tapi laras sekali dan sarat makna…ah tentu saja anda sudah tahu…bisa memainkan blues ? Oh maaf jadi musik yang anda mainkan memang blues ! Astaga itu cocok sekali buat saya ! Saya suka sekali musik blues…dan saya ada ditempat yang tepat ! Luar biasa ! Saya traktir anda dua gelas capucino…Mas…mas…capucino buat bapak-bapak ini, saya yang bayar ! Tidak apa, saya memang pegawai kecil…tapi bukan berarti saya tidak boleh menikmati hidup kan ? Lucu sekali musik yang anda mainkan sedari tadi adalah blues ! Saya nggak nyangka, Saya suka blues !
Blues mungkin cocok buat Indonesia sekarang ini. Bangsa kita masih belajar bagaimana menjalankan kehidupan demokrasi…perbedaan adalah bagian dari persatuan. Masih banyak yang tidak paham…masih banyak yang tidak mengerti aturan main. Masih banyak yang berteriak dijalanan agar suaranya didengar ! Kenapa tidak main musik blues saja ? Sama saja toh ? Malah bisa menghibur orang lain ! Mari kita ke Parlemen, bukan membawa spanduk…tapi alat musik…lalu kita mainkankan musik blues kita…kalau perlu blues harus masuk dalam kurikulum pendidikan disekolah-sekolah…Blues masuk ke agenda nasional…dibuat undang-undangnya…bagaimana bapak-bapak….
Waiter datang mengantarkan capucino.
Laki-laki itu menirukan suara para pejabat :
…Bisa saja itu, yang jelas aspek legalitasnya harus sudah dipenuhi terlebih dahulu…kemudian apabila pemerintah setuju tinggal teken dan dibuatkan undang-undangnya…mudah saja itu…
…Saya rasa kalau para anggota dewan setuju, dan bila ini baik untuk bangsa dan negara maka tidak ada alasan bagi dewan untuk menolaknya, dan secepatnya blues ini bisa direalisasikan….
…Ya baik-baik saja kalau blues itu di biasakan. Wong nggak ada ruginya ini. Malah bisa semakin meningkatkan ukhuah insanniah masyarakat kita…ya coba saja…saya sih menilainya positif saja itu…mau blues…mau mocopat…sah-sah saja itu…nah tinggal dewan setuju apa nggak…kalau setuju ya…sudah…gitu saja kok…
Oke…kalau semuanya setuju. Mari kita biasakan menyampaikan aspirasi dengan nge-blues ! Waah orang-orang seperti anda ini bisa laris ! Bayangkan akan banyak organisasi massa yang akan menyewa anda untuk memainkan musik !
Waiter hendak membereskan meja.
Heei saya belum selesai ! Saya belum mau pergi ! Lagipula cangkir itu kan masih ada isinya ! Jangan dibereskan dulu !…menyebalkan sekali.
Tadi itu Cuma angan-angan saya….habis saya capek melihat pertentangan dimana-mana…semuannya pengen menang…semuanya merasa benar…parlemen merasa benar…mahasiswa yang turun ke jalan merasa apa yang mereka perjuangkan juga benar…presiden diprotes…disuruh mundur…dituduh korupsi…padahal mereka-mereka juga yang dulu memilihnya…bukannya saya membela presiden…tapi kalau dikeroyok begitu…diadili begitu…ya bagaimana…Wah maaf jadi ngomongin politik nih…
Ayo minum dulu. Selagi masih panas. Menyebalkan ya, melayani tamu-tamu yang macam-macam maunya. Pasti ada saja yang menyebalkan. Sudah tahu anda pemain blues…memainkan musik-musik blues…tapi tetap saja dari bangku paling belakang…ada yang berteriak…” Kopi dangdut dong…” Menyebalkan sekali ! Ini café Blues…kau kesasar bung ! Mestinya harus ada yang menjawab begitu ! Kenapa tidak pergi ke tempat lain saja ! Selera memang tidak bisa dibeli dengan uang ! Pernah’kan begitu…saya tahu itu. Orang-orang itu, mereka pikir kalau sudah punya uang, bisa memperoleh segala-galanya…boleh berbuat semaunya ?
Demo-demo di jalanan itu, apa bukan uang yang menggerakakkan orang sebanyak itu, kalau gratis mana ada yang mau…panas-panas, teriak-teriak ! Buat apa coba mereka begitu…kadang sampai ada yang mati segala…jalan jadi macet…Pernah saking jengkelnya saya jadi pengen ikut demo…tapi demo saya lain dari yang lain…saya tidak akan mendemo siapa-siapa, tidak memprotes siapa-siapa, tidak menyuruh mundur siapa-siapa…saya mau mendemo diri saya sendiri…biar, biar mereka juga lihat ! Sebelum kita menjelekkan orang lain, cari dulu kejelekan kita sendiri… coba bayangkan…saya pergi ke halaman istana negara…atau ke gedung parlemen, bawa spanduk lengkap…lalu saya akan berteriak keras-keras : Saya munafik ! Saya pembohong berat ! Turunkan saya ! Kalau tidak becus lebih baik saya mundur saja ! …pakai istilah sekasar-kasarnya juga tidak apa-apa toh…Saya Anjing ! Saya maling ! Adili saya ! Nah..kalau ada polisi huru-hara…saya tenang saja…saya nggak takut…saya kan mendemo diri saya sendiri ! Jadi polisi tidak bisa tangkap saya !
Polisi kita sekarang sebenarnya sudah cukup baik. Memang belum sebaik polisi di film-film India yang mati-matian membela kebenaran. Tapi yang begitu juga malah tidak masuk akal, tidak manusiawi. Masih bagusan polisi kita-lah…apa adanya. Semprit…goceng nggak apa-apa juga…lha wong Cuma goceng saja. Daripada urusannya berbelit-belit kan ? Menurut saya sudah pas begitu.
BLUES POLISI
Kau ingat waktu kecil dahulu kita main kejar-kejaran
Aku jadi polisi kau jadi penjahat lalu kita uber-uberan
Kau merengek minta kita berdua bertukar peran
Jadi penjahat bohongan saja membuatmu pucat ketakutan
Kita suka kagum sama polisi yang tinggal disebelah rumah
Tiap pagi berangkat tugas dengan seragam yang gagah
Kayaknya pak polisi kita selalu menang dan tak pernah kalah
Tapi berapa tahun kemudian kudengar ia meninggal, levernya pecah.
Kini kau jadi polisi persis seperti yang kau ingini
Tetaplah jadi polisi baik seperti yang kau bayangkan selama ini
Jangan berubah hanya karena jeleknya kondisi atau kecilnya gaji
Ku panggil kau pak polisi bila cita-citamu kau junjung tinggi
MUSIK
Kalau kita baca di koran, kerja polisi itu kan gila-gilaan. Satu penjahat dibekuk, seratus yang lain muncul lagi. Perampokan nasabah bank, penodongan di bis-bis kota, Peredaran obat bius dan narkotika…seabrek berita kriminal setiap hari ada di koran kita. Pasti repot sekali polisi kita, belum lagi soal bom yang meledak dimana-mana….ngeri sekali ! Saya jadi takut kemana-mana, waktu malam natal tempo hari…Anda main dimana waktu itu…disini ? Ngeri sekali saya lihat diTV ! Berita cepat tersebar…semua orang jadi takut ! Bad news is good news ! Koran-koran jadi penyebar teror !
Belum lagi soal politik yang nggak karuan. Pers kita seperti nelayan yang pesta karena banyak tangkapan. Ini berbahaya lho ! Semakin membaca berita, semakin bingunglah rakyat kita, harus berpihak pada siapa ! Padahal koran kan bisa menenangkan, bukan jor-joran cari berita saja. Daripada memuat omongan pejabat yang macem-macem itu…mending mereka menulis soal musik blues anda ini toh ! Lho iya…peran anda ini kan cukup penting…ketika orang-orang cemas dan tegang…mereka minum kopi disini sambil mendengarkan musik anda…kendor semua syaraf…itu kan lebih konkret ! Musik anda ini mewakili seni secara luas…seni yang punya peran bagi situasi masyarakat kita. Pada saat seperti ini seniman harus berbuat sesuatu yang bisa meredakan ketegangan ! Jangan melulu sibuk bikin karya untuk koran…artinya sukses tidaknya karya seni diukur pada ulasan yang ada di koran-koran…Seniman kan melayani masyarakat…bukan koran…bagaimana ! Saya salut pada anda, tidak banyak gembar-gembor tapi jelas…saya jadi terhibur !
Ketimbang kita diskusi, atau ngomong gelantur, ngalor ngidul…mending dengerin musik, saraf bisa kendur. Sekarang ini banyak orang ngoceh…omong apa saja…sok tahu ! Saya benci orang-orang seperti itu…tenang saja…kalem saja…jangan mengumbar emosi ! Kalau kita tahu banyak hal tidak usah pamer…wait and see saja ! Orang-orang itu bisanya kotbah…setiap orang diceramahi ! Saya yakin kita sama-sama tidak suka orang seperti itu.
Waiter membereskan meja.
Para musisi pun kemudian berhenti dan mengemas alat-alatnya.
Lho…lho hei, saya sudah bilang saya belum selesai…waiter !
Waiter menunjuk arlojinya.
Belum terlalu malam…saya baru mulai bisa menikmati suasana tempat ini… cepat sekali tutup…masih banyak orang-orang seperti saya yang akan datang kesini…mereka perlu mengendurkan saraf…tahu tidak tempat ini bakal cocok buat mereka…jangan ditutup dulu…tempat ini akan kedatangan banyak pengunjung…café ini bisa laris…saya jamin itu…terlalu banyak orang yang pusing, capek dan penat pada situasi ini…mereka butuh tempat ini…
Para musisi membawa intrument chase mereka dan beranjak keluar.
Waiter menunggu laki-laki itu untuk pergi.
Mereka butuh tempat ini…terlalu banyak orang sakit…kau dengar…masyarakat kita sedang sakit…mereka perlu disembuhkan…biarkan mereka datang ke mari…suruh para musisi itu memainkan musiknya lagi…
Laki-laki itu bersenandung.
…ayolah… jangan tutup dulu tempat ini…ayolah tuan waiter…aku janji…tidak akan membawa makanan dari luar tempat ini….
SELESAI
Jl Pelita, April 2001
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar